Yogyakarta – Museum Wanagama yang berada di area hutan Wanagama, telah diresmikan pada hari Sabtu (22/02/25) lalu. Peresmian museum Wanagama ini menjadi momentum penting dalam upaya konservasi dan edukasi lingkungan. Acara yang berlangsung meriah ini dihadiri langsung oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE), Sekretaris Direktorat Jenderal KSDAE, Dekan Fakultas Kehutanan UGM, serta berbagai pemangku kepentingan lainnya, termasuk perwakilan dari Balai KSDA Yogyakarta.
Museum Wanagama sendiri merupakan hibah dari Dirjen KSDAE kepada Fakultas Kehutanan UGM. Hibah ini merupakan hasil dari kegiatan penguatan keanekaragaman hayati sesuai dengan perjanjian kerja sama nomor 4 tahun 2022 terkait Pengembangan Inovasi Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam Rangka Penguatan Fungsi Kawasan Konservasi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati. Hibah ini sendiri mencakup bangunan satu unit museum, toilet, lanskap, serta berbagai perlengkapannya.
Tujuan museum Wanagama ini adalah untuk mengenalkan dan melestarikan koleksi keanekaragaman hayati yang ada di hutan Wanagama kepada publik. Museum Wanagama sendiri berada di petak 5 KHDTK Wanagama 1 dan memiliki luas 500 m2. Ini adalah museum kedua yang dibangun di kawasan tersebut, setelah sebelumnya ada museum kayu yang didirikan pada tahun 1995–saat ini, museum kayu sedang ditutup karena dalam proses renovasi.
Museum ini menampilkan berbagai koleksi, termasuk artefak dan jenis-jenis kayu yang berada di lantai pertama. Kemudian, di lantai kedua dikhususkan untuk koleksi dua dimensi, seperti timeline sejarah rehabilitasi lahan Wanagama dan dokumentasi film yang pernah melakukan proses syuting di kawasan ini. Sejak tahun 2023, museum Wanagama ini telah menerima lebih dari 2000 pengunjung, dengan lebih dari 20 kunjungan secara resmi.
Dekan Fakultas Kehutanan UGM, menegaskan bahwa museum Wanagama telah merepresentasikan perjalanan panjang dalam pengelolaan dan restorasi hutan. Ia berharap keberadaan museum ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk turut serta dalam pelestarian lingkungan hidup dan konservasi hutan.
Dirjen KSDAE juga menekankan bahwa tidak semua fakultas memiliki museum. Untuk itu, keberadaan museum Wanagama adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Ia juga menyoroti pentingnya upaya untuk membuat museum ini tetap menarik bagi generasi muda, seperti dengan membuat tampilannya lebih estetis dan instagrammable. Bisa juga dengan menghadirkan influencer untuk meningkatkan daya tariknya. Dirjen KSDAE juga mengambil contoh dari keberhasilan wisata Kali Talang Merapi, yang pada bulan Januari saja bisa menarik hingga 11.000 pengunjung.
Museum Wanagama sendiri memiliki potensi besar sebagai pusat edukasi dan ekoeduwisata yang dapat memberikan manfaat luas bagi masyarakat, terutama bagi pelajar dan akademisi. Perwakilan Kelompok Tani Hutan (KTH) Lebah Madu juga menyampaikan bahwa dengan peresmian museum Wanagama, maka KTH akan mendapatkan manfaat ekonomi dari nektar pohon mangium yang ada di Wanagama. Ia juga menyampaikan agar ke depannya, interaksi yang terjalin antara pengelola Wanagama dan masyarakat desa sekitar makin erat.
Untuk memperkaya museum Wanagama, berbagai langkah strategis telah direncanakan. Langkah tersebut termasuk menambah koleksi museum, memeliharan bangunan, mengajukan akreditasi museum, hingga penyelenggaraan berbagai acara seni seperti pameran patung dan pahat. Diharapkan pula adanya dukungan dari berbagai pihak untuk memastikan museum ini tidak hanya berfungsi sebagai monumen sejarah, tetapi juga sebagai pusat edukasi dan inspirasi bagi generasi mendatang.
Salam lestari!
Sumber informasi: Santi Pratiwi, S.Hut., M.Sc., Ph.D. (Penyuluh Kehutanan Ahli Muda)
Penulis naskah: Desy Rachmawati, S.S. (Pranata Humas Ahli Pertama BKSDA Yogyakarta)
Penanggung jawab berita: Kepala Balai KSDA Yogyakarta
Kontak informasi: Call Center Balai KSDA Yogyakarta (0821-4444-9449)