Yogyakarta – Pada hari Kamis (26/09/2024), Balai KSDA Yogyakarta telah melaksanakan kegiatan penilaian efektivitas pengelolaan kawasan Cagar Alam (CA) dan Taman Wisata Alam (TWA) Batu Gamping menggunakan framework Management Effectiveness Tracking Tool (METT). Acara ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mengevaluasi sejauh mana pengelolaan kawasan konservasi ini berjalan. Selain itu, penilaian ini juga dimaksudkan untuk mendorong sinergi antara pihak-pihak terkait dalam upaya pelestarian lingkungan serta pemanfaatan yang berkelanjutan.

Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Lukita Awang Nistyantara, S.Hut., M.Si. selaku Kepala Balai KSDA Yogyakarta. Dalam sambutannya beliau menyampaikan melalui kegiatan ini, diharapkan adanya keberlanjutan pengelolaan kawasan konservasi agar tetap terjaga fungsi ekologisnya sehingga memberi manfaat yang optimal bagi masyarakat sekitar. Selain itu, keterlibatan lintas sektor, baik dari pemerintah, akademisi, hingga komunitas sangat dibutuhkan untuk menciptakan model pengelolaan kawasan yang adaptif dan partisipatif. Pada kesempatan ini, Susilo Ari Wibowo, S.Hut., M.Sc. dan Dr. Peggy Awanti Nila Krisna, S.Hut., M.E selaku peninjau dari Direktorat Pengelolaan Kawasan Konservasi turut mengikuti jalannya proses penilaian efektifitas pengelolaan kawasan CA dan TWA Batu Gamping dari awal hingga akhir.

Sebagai fasilitator, Kristiani Fajar Wianti, S.Hut., M.Si., dosen Fakultas Kehutanan UGM, memainkan peran penting dalam mengarahkan diskusi. Fasilitator mengawali dengan pemaparan konsep pengelolaan kawasan konservasi berbasis partisipasi. Ia memfasilitasi dialog antara peserta untuk menggali masukan mengenai tantangan dan peluang yang dihadapi oleh CA dan TWA Batu Gamping.

Dalam kegiatan dialog ini, ditekankan bahwa pengelolaan kawasan ini tidak hanya tentang menjaga kawasan saja, tetapi juga harus mempertimbangkan keberadaan budaya lokal, pemanfaatan kawasan untuk ekowisata, serta keterlibatan masyarakat dalam menjaga kelestarian sumber daya alam. Terlebih, keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi ini juga sangat bergantung pada kemauan dan kemampuan setiap pihak untuk berkolaborasi.

Penilaian efektivitas ini dihadiri oleh peserta dari berbagai kalangan yang memiliki peran strategis dalam pengelolaan kawasan CA dan TWA Batu Gamping. Hadir di antaranya adalah Kepala Bappeda Sleman, Kepala Dinas Pariwisata, Rektor Mercu Buana, Babinsa Gamping, hingga camat, lurah, dan dukuh dari Desa di sekitar kawasan. Dengan keberagaman latar belakang peserta memungkinkan adanya pandangan yang komprehensif mengenai pengelolaan kawasan.

Hasil akhir penilaian METT tahun 2024 ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dengan penilaian METT tahun 2019 dan 2022 yang juga dilakukan oleh Balai KSDA Yogyakarta bersama-sama dengan para pihak terkait.

Kawasan

2017

2019

2022

2024

CA & TWA Batu Gamping

70%

77%

79% (CA); 77% (TWA)

86% (CA); 79% (TWA)

Peningkatan nilai METT secara signifikan tersebut dipengaruhi oleh aspek perencanaan sesuai RPJP yang telah disahkan, serta adanya dokumen penataan blok pengelolaan dan rencana pengelolaan kawasan konservasi Balai KSDA Yogyakarta serta aspek pemberdayaan masyarakat yang sudah dirasakan bersama.

Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal dalam menciptakan pengelolaan kawasan konservasi yang lebih efektif, inklusif, dan berkelanjutan. Sinergi dari berbagai pemangku kepentingan yang terlibat akan menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga kelestarian kawasan ini sehingga fungsi ekologis, sosial, dan ekonominya dapat terus terjaga.

Salam lestari!

 

Dokumentasi foto:

 

 

Penulis naskah: Desy Rachmawati, S.S. (Pranata Humas Ahli Pertama BKSDA Yogyakarta)

Penanggung jawab berita: Kepala Balai KSDA Yogyakarta

Kontak informasi: Call Center Balai KSDA Yogyakarta (0821-4444-9449)