Kawasan Pantai Trisik meliputi Kawasan sepanjang muara Sungai Progo ke arah barat hingga Pantai Trisik yang terletak di Kalurahan Banaran, Kapanewon Galur, Kabupaten Kulon Progo. Kalurahan Banaran terletak kurang lebih 4 km ke arah barat daya dari Kapanewon Galur dengan luas wilayah mencapai 9,07 km2 (27,57% dari luas keseluruhan wilayah Kapanewon Galur) yang terbagi menjadi 13 padukuhan. Kalurahan Banaran secara geografis terletak pada koordinat 110°12'32" BT dan 7°58'17" LS. Dusun Sidorejo terletak di ujung tenggara Kalurahan Banaran. Secara administratif kawasan Pantai Trisik di muara Sungai Progo di Padukuhan Sidorejo memiliki batas sebagai berikut:
Utara    : Kalurahan Nomporejo, Kapanewon Galur
Timur    : Kalurahan Poncosari, Kapanewon Srandakan
Selatan : Pantai Selatan Yogyakarta
Barat    : Kalurahan Karangsewu, Kapanewon Sanden

Kawasan Pantai Trisik memiliki beberapa tipe lahan basah yang membentang dari muara Sungai Progo di sisi timur hingga pantai berpasir di sisi barat, selain itu juga terdapat laguna, tambak budidaya udang, dan sawah tadah hujan. Sungai Progo merupakan sungai terbesar di D. I. Yogyakarta yang mengalir sepanjang 43 kilometer dari hulu di Gunung Sindoro, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. Sungai ini menjadi pembatas bagi Kabupaten Kulon Progo dengan Kabupaten Sleman di sisi utara dan Bantul di sisi selatan (Taufiqurrahman et al., 2015). Kawasan muara Sungai Progo merupakan salah satu bentang lahan fluvial yang terbentuk dari proses pengendapan sungai serta didominasi oleh dataran alluvial. Endapan yang berada di muara sungai membentuk delta, baik delta besar maupun delta kecil yang semuanya berpasir, basah (lembab), cenderung datar, dan terbuka. Delta merupakan daratan yang terbentuk dari hasil pengendapan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Kondisi tersebut disukai oleh burung pantai dan burung air lainnya untuk singgah dan mencari makan. Beberapa jenis burung pantai yang memiliki paruh dan kaki yang panjang maupun pendek dapat dengan mudah mencari berupa makrozoobentos yang hidup di area berlumpur. Calidris tenuirostris dan Calidris canutus merupakan jenis burung migran yang memangsa makrozoobentos berupa moluska dengan menusuk substrat berlumpur (Sumartono et al., 2019). Beberapa jenis burung migran juga dapat ditemukan di laguna yang berada di barat muara Sungai Progo.

Laguna Trisik (dikenal oleh masyarakat sebagai ‘tegongan’) merupakan bentukan seperti kolam air payau yang terbentuk secara alami. Daerah antara laguna dan garis pantai didominasi oleh Casuarina equisetifolia, Spinifex littoreus, dan Pandanus tectorius. Daerah ini biasa digunakan sebagai tempat bersarangnya Cerek Jawa (Charadrius javanicus). Beberapa jenis burung migran lainnya dapat dijumpai mencari makan di kawasan laguna, baik di tepian laguna atau di tengah laguna. Jenis burung-burung migran dari famili Charadriidae dan Scolopacidae dapat ditemukan mencari makan di tepian laguna, sedangkan jenis-jenis burung dari famili Lariidae dapat ditemukan di tengah laguna sedang menyambar mangsanya.

Perda D. I. Yogyakarta No. 9 Tahun 2018 menyatakan bahwa Kawasan Pantai Trisik yang ditujukan untuk konservasi pesisir dan perlindungan pulau-pulau kecil berada di kawasan yang sama dengan kawasan budidaya perikanan air payau yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo No. 1 Tahun 2012. Dalam upaya perlindungan kawasan pesisir tidak diperbolehkan menjalankan semua kegiatan yang menggunakan cara dan metode yang merusak ekosistem, namun perkembangan tambak di kawasan Pantai Trisik berpotensi mencemari perairan laguna. Hal ini ditunjukkan dari perubahan warna air di dalam laguna menjadi hijau kehitaman dan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat pembuangan limbah hasil tambak ke dalam laguna. Selain itu, dampak langsung pembuangan limbah ke dalam laguna dapat meningkatkan nutrient yang dapat menyebabkan blooming (ledakan) alga dan endapan bahan organik sehingga mengurangi kadar oksigen dalam air (Syah, 2014). Secara tidak langsung dapat menyebabkan akumulasi polutan di berbagai jenis pakan burung sehingga dapat mengancam keberadaan komunitas burung. Masyarakat melalui kelompok tambak udang masih berusaha mencari alternatif terbaik untuk mengatasi pencemaran, mulai dengan memberikan peringatan kepada pengelola tambak untuk mengalihkan tempat pembuangan limbah tambak dan mengusahakan sistem IPAL tambak udang. Selain mengelola tambak, sebagian masyarakat juga mengelola lahan persawahan yang berada di utara dusun. Sawah menutupi sebagian besar wilayah Kalurahan Banaran (60% dari luas keseluruhan wilayah Kalurahan Banaran).

Komoditas pertanian utama yang dibudidayakan adalah padi, sedangkan pada musim kemarau biasanya petani menanam palawija sebagai tanaman penggilir. Pada saat persiapan penanaman dilakukan pembajakan untuk menggemburkan tanah yang mengubah persawahan menjadi dataran lumpur yang luas. Pada fase ini hingga setelah penanaman biasanya ditemukan beberapa jenis burung pantai dalam kelompok besar di daerah ini. Substrat dasar persawahan yang berupa tanah liat menyimpan banyak potensi pakan bagi burung pantai migran.